Tuesday, September 21, 2010

belajar menulis

Workshop 2 hari tentunya tidak akan merubah seorang yang gagu mendadak bisa lancar berbicara. Namun beberapa penjelasannya inspiratif untuk menggugah terutama untuk mereka yang memang berminat dan berhubungan dengan bidang tulis-menulis.

Pertanyaan klasik untuk para penulis adalah, ‘Kamu dapat ide darimana sih?’. Jawabannya juga akan klasik, ‘Dimana-mana juga ada kok’. Bisa dari cerita sahabat, rubrik psikologi di majalah, artikel koran, masa lalu, perjalanan ke kantor, dan masih banyak lagi. Yang bisa menjadi modal untuk mencari ide tersebut adalah dengan melepas kacamata kuda untuk melihat suatu kasus sebagai hal yang biasa-biasa saja, dan mulai memandangnya sebagai sesuatu yang menarik. Pertanyaan, ‘What if?’ bisa menjadi katalisator untuk menggali ide dan membuat sesuatu yang sederhana bisa menjadi lebih menarik.

Tidak perlu memaksakan diri untuk menulis sesuatu yang ajaib seperti Harry Potter atau ‘berat’, yang kadang membuat kita mampet ide dan berakhir dengan tidak jadi menulis. Contoh sederhana adalah sitkom ‘Friends’. Sitkom ini mengusung tema sederhana yang jika diceritakan dengan sudut pandang imajinatif dan dialong smart maka akan menjadi film yang sangat baik dengan jutaan penonton. Hal-hal sederhana namun menggugah bahkan bisa mengajarkan nilai-nilai sosial tanpa harus bersusah payah memberikan dialog panjang dan berat…

Yang penting adalah untuk berpegang teguh kepada ide yang sudah dimiliki, dan tentukan 3 bagian utama yaitu awal, tengah, dan akhir. Dengan demikian sudah ada pegangan untuk pengembangan cerita dan yang jelas sudah paham akan tujuan akhirnya sehingga tulisan yang dibuat akan terus mengacu kesitu.

Berikut beberapa tips Menulis untuk Dibaca:

  1. Mengandung unsur manusia.

Manusia suka membaca tulisan tentang manusia lainnya. Tulisan akan efektif jika penulisnya mampu mengambil jarak dan membiarkan pembacanya bertemu, berkenalan serta mendengar sendiri gagasan/informasi/perasaan dari manusia-manusia di dalam tulisannya. Dengan memperkenalkan pembaca kepada orang-orang yang menciptakan gagasan dan menggerakkan peristiwa. Atau dengan menghadirkan orang-orang yang terpengaruh oleh gagasan dan peristiwa itu.

''Don't say the old lady screamed -- bring her on and let her scream,'' kata Mark Twain, jurnalis dan novelis pengarang The Adventure of Tom Sawyer.

2. Pengalaman spesifik dan konkret.

Tema yang diusung sebaiknya sesuatu yang benar-benar dikuasai oleh penulis. Engga lucu kan kita menulis hal-hal yang kita sebagai penulisnya sendiri engga ngerti apa itu…

3. Menulis ringkas dan padat.

Kalimat yang bagus terdiri dari 15 – 20 kata agar pembaca tidak lelah dan tetap fokus pada pesan utama.

  1. Menulis dengan jelas.

Sebaiknya kita menghindari akronim dan singkatan, terutama singkatan yang tidak biasa. ABRI adalah contoh akronim yang biasa dan dipahami oleh banyak orang.

1 contoh kliping berita koran menarik tentang singkatan:

POM Amankan Satu Kompi Anggota Yonif

721 Makassau

[Republika - Senin, 25 Juni 2007]

Sebanyak satu kompi anggota Batalyon Infanteri (Yonif) 721/Makassau Parepare, Sulawesi Selatan, diamankan di Detasemen Polisi Militer (DenPON) Parepare untuk diperiksa terkait kasus pengrusakan Kantor Polsekta Mambuliling, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) Sulawesi Barat (Sulbar)pada Sabtu (23/6) sekitar pukul 10.00 Wita.

  1. Menulis untuk semua orang bukan segelintir orang.
Oleh karena itu hindari kata sulit dan sesuatu yang bersifat abstrak. Apabila temanya memang sedikit abstrak adabaiknya dijelaskan lebih dalam dan luas agar lebih dekat dengan pembaca.

No comments:

Post a Comment